Minggu, 20 Juli 2014

Sebagai Guru, Apapun Kurikulumnya Harus Siap !


Ada yang berbeda pada tahun ajaran 2013/2014 di sekolah-sekolah di seluruh penjuru Indonesia. Ya! perbedaan itu adalah perubahan kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013. Sontak semua elemen pendidikan merespon dengan berbagai macam tanggapan. Ada yang positif, ada juga yang bernada miring. Namun saya tak akan memberi tanggapan sebelum mempelajarinya.



Seperti judul diatas, Sebagai guru apapun kurikulumnya harus siap. Siap mempelajari, siap mencerna dan siap melaksanakan. Walau di lapangan kadang terasa sukar menerapkannya. Tapi ya harus bagaimana lagi, "harus siap" adalah kata yang tak bisa dibantah. 

Oke! melalui tulisan ini saya ingin sedikit mengulas apa yang saya pelajari, apa yang saya cerna dan apa yang saya akan laksanakan terhadap kurikulum 2013.

Ada hal yang sangat saya apresiasi dalam kurikulum 2013, yakni  kurikulum ini mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran atau yang kemudian disebut sebagai pendekatan sainstifik (Scientific approach ). Menurut saya, hal ini penting dan sangat dibutuhkan oleh negara kita saat ini dalam menjawab tantangan zaman. Mengapa? karena nagara-negara maju, seperti Amerika, Jerman, Finlandia sampai Jepang telah menerapkan pola ini dalam kurikulumnya. 

Saya yakin, jika kurikulum ini diterapkan secara konsisten dan berkesinambungan, pendekatan ilmiah akan menjadi titian emas bagi perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. 

Menurut Diknas (Dalam diktat guru implementasi kurikulum 2013), Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik.  Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serial aktivitas pengoleksian data melalui observasi dan ekperimen, kemjdian memformulasi dan menguji hipotesis.

Secara konsep dan filosofis, harusnya kurikulum 2013 bisa menjadi pemecah kebuntuan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia saat ini. Walau harus disadari bahwa peningkatan mutu pendidikan terletak pada mutu dan kualitas gurunya. 

Lalu pertanyaanya adalah bagaimana kualitas guru yang dibutuhkan agar kurikulum 2013 ini bisa sukses? Munurut Prof. Suyanto Ph.D, Dirjen Mandikdasmen, Guru harus diajak berubah dengan dilatih terus menerus dalam pembuatan satuan pelajaran, metode pembelajarannya yang berbasis Inquiry, Discovery, Contextual Teaching and Learning, menggunakan alat bantunya, menyusun evaluasinya, perubahan filosofisnya, dll. 

Pernyataan ini didukung oleh, Achmad Sapari, mantan Kasi Kurikulum Subdiknas TK/SD Dindik Kab. Ponorogo, Guru harus terus ditingkatkan sensifitasnya dan kreatifitasnya. Sensifitas adalah kemampuan guru untuk mengembangkan kepekaan-kepekaan paedagogisnya untuk kepentingan pembelajaran.

Dari dua pendapat ini dapat kita kerucutkan, jika guru telah memiliki kualitas sebagai guru professional maka tuntutan kurikulum bagaimana pun tentu akan dapat dipenuhinya. Seorang guru profesional adalah bak seorang Chef ahli yang dapat diminta untuk membuat masakan jenis apa pun sepanjang bahan dan peralatannya tersedia. Seorang Chef ahli bahkan bisa membuat masakan yang enak meski bahan dan peralatannya terbatas.

Jadi, apapun kurikulumnya, sebagai guru mari kita sambut kurikulum 2013 dengan sukacita bukan dengan duka cita. Bravo pendidikan Indonesia.

Doni Nurdiansyah, S.Si
Cimahi, 20 Juli 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar