Rabu, 19 Juli 2017

Drop Out Kuliah dan Sukses, Apakah Perlu Ditiru?

Kita hidup terdiri banyak pilihan. Ada banyak jalan kemana kita akan melangkah dan menentukan masa depan. Masa depan kita adalah bagaimana kita merancang dan memilih jalan tersebut. Ada yang serba instan, lahir dari orang kaya, diberi warisan dan kaya. Sukses lah dia. Tapi ada juga melalui serba kesusahan. Membangun susah payah, mengupayakaan dengan jerih payah, namun kadang masa depannya terlunta-lunta. Mmm...adilkah?


Ada hal yang sangat saya amati dan cermati berkenaan jalan sukses yang dilalui oleh para tokoh suskses dunia seperti Bosnya Microsoft, Bill Gates, atau pemilik jejaring sosial Facebook, Mark Zuckerberg dan penggagas Apple, Steve Jobs . Mereka memilih drop out dari kuliah dan memilih mengembangkan usaha yang boleh dibilang anti mainstream dan tak banyak orang duga, tapi akhirnya mengantarkan mereka pada puncak kesuksesan yang tak banyak orang bisa meraihnya.

Baca Juga : Mengenal Keunikan Bill Gates yang Membuat Kepala Bergeleng

Mungkin ketika mereka memilih untuk drop out, dalam benak mereka gelar pendidikan bukanlah yang utama dan segala-galanya. Mereka lebih memaknai pendidikan sebagai jalan untuk melatih pola pikir untuk mengantarkan mereka meraih kesuksesan dan ini terbukti berhasil. Atau mungkin mereka memiliki kecerdasan softskill diatas rata-rata orang kebanyakan sehingga mereka bisa seperti ini. Mereka mungkin menganggap sebuah gelar pendidikan tak ada apa-apanya bila dibanding merumuskan ide-ide briliant dan bermanfaat bagi banyak orang.

Namun dibalik itu  semua, pendidikan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan lah yang akan banyak menentukan arah kedepan dari perjalanan manusia maupun suatu bangsa. Pendidikan adalah investasi yang tak terabaikan dan tak terbantahkan. Contohnya adalah negara Jepang yang bangkit dari keterpurukan perang Dunia II melalui membangun pendidikan. Dan hasilnya bisa dilihat sekarang. Mereka menjadi negara maju dan disegani di dunia. 

Namun terkadang kita ( Orang Indonesia) memaknai pendidikan begitu parsial. Pendidikan hanya dilihat sebagai alat pemenuh kebutuhan dengan mengedepankan nilai kognitif ( intelegensia ) semata. Padahal ada aspek lain yang jauh lebih penting yakni emosional, keterampilan dan spritual. Sebagai orang yang langsung terjun di dunia pendidikan, saya banyak melihat hal itu, dimana banyak orang tua yang mengutamakan nilai akademik pelajaran anaknya, ketimbang memikirkan softskill apa yang dikuasai anaknya. 

Menurut data yang saya himpun dari DogFirefly, dari 400 orang kaya di Amerika Serikat, terdapat “hanya” 63 entrepreneur yang drop out dari kampusnya. Mereka termasuk Bill Gates serta 2 Co-Founder Facebook, Mark Zuckerberg dan Dustin Moskovitz. Jumlah itu hanyalah 15% dari jumlah miliarder yang ada dalam daftar. Sisanya lebih besar, yakni sebanyak 85%, menyelesaikan kuliah mereka.

Dalam daftar itu, terdapat 29 orang miliarder yang meraih gelar Master of Science. Di antara mereka adalah investor Warren Buffett; Co-founder LinkedIn, Reid Hoffman; serta 2 Co-Founder Google, Sergey Brin dan Larry Page.

Pada dasarnya, yang membuat mereka menjadi orang besar adalah passion dan tekad mereka untuk melihat ide-idenya sukses dieksekusi. Mereka tidak takut gagal dan ingin melakukan hal-hal lebih, yang berbeda dari orang lain. Mereka melakukannya dengan tekun dan konsisten dibalur buah kesabaran yang sangat kuat. 

Lalu apakah mereka layak ditiru?

Semuanya kembali pada niat dan tujuan, mau kemana kita. Bila belum kuat meletakan fondasi dan kemauan yang kuat seperti mereka, lebih baik jangan. Jika kuliah hanya dihabiskan dengan nongkrong dan membuang waktu tanpa guna dan bermimpi menjadi seperti mereka lebih baik jangan sekali-kali bermimpi seperti mereka dengan memilih drop out. 

Kita ambil contoh, Steve Job yang dikenal sebagai orang yang perfeksionis dan drop out waktu kuliah dulu. Mengapa ia drop out? ternyata karena orang tuanya tidak mampu,  lalu Steve Job ini ikut kursus kaligrafi dan dari sinilah Steve Job menemukan jalan. Jalan makin jelas ketika dia berkenalan dengan Steve Wozniak yang sama sama suka dengan elektronik.  Dimasa mudanya bersama dengan steve wozniak, mereka membuat gebrakan dengan membuat komputer Apple. Steve job bukan hanya pintar dari sisi teknis, namun juga punya jiwa bisnis dan seni. Itulah mengapa produk apple terkenal dengan sifat yang revolusioner (katanya), menjadi trendsetter, cantik dan sangat mudah dipakai.

Pelajaran apa yang bisa diambil? Steve Job sudah jago elektronik dan  komputer walaupun di drop out. Coba Kita analisa? Apa karena drop outnya yang bikin sukses? bukan, itu karena kemampuan elektronik, otak bisnis dan jiwa seninya jauh melebihi mahasiswa yang lulus S1 sekalipun waktu itu. Nah sekarang lihat diri kamu? Drop out terus sukses? Yakin loh? Hahaha.

So, Drop out adalah pilihan yang dilandasi fondasi yang kuat, bukan jalan terbaik untuk meniti kesuksesan walau telah ada contoh orang yang sukses karena ia harus drop out. Drop out juga bukan berarti bodoh karena masih ada hal lain yang masih bisa dipelajari dan kembangkan selain akademis.

Sekian

4 komentar:

  1. Setuju. Kadang 1-2 orang drop out yang sukses dijadikan pembelaan, katanya nggak semua orang kuliahan sukses, yang drop out juga bisa jadi calon miliarder ��
    Menurutku gak bisa pukul rata ya, orang kaya Bill Gates mah udah jenius dari sononya, udah tau passionnya dimana, apa yang mau dia tuju, dan dia serius kerja keras. Tapi kembali masing-masing orang ya, kan beda-beda sikon. hehe...

    Btw, nice info :D

    BalasHapus
  2. bener bangets mas..
    lagipula pendidikan ga cuma dilihat dari nilai2 yg didapat saat belajar mata pelajaran tertentu, tp juga mengajarkn bgmn cara berperilaku yg baik, beragama yg baik dll.. lah yg sekolah aja msh bnyk yg ga bisa berperilaku baik, apalagi ga sekolah.. hehehe

    BalasHapus